Sabtu, 07 Maret 2015

Selow Aja?



SELOW AJA (SANTAI SAJA)”
Oleh: Ahmad Roki Robbani

Selow aja kali, masih ada besok” dan “Woles bro, nanti dilaksanain kok”. Dua kalimat tersebut ataupun yang serupa merupakan kalimat yang seringkali saya dengar dalam bersosialisasi dengan remaja sebaya ataupun lebih muda dari saya. Mendengar kata tersebut cukup membuat hati ini terdiam dan seakan menaruh harapan atas apa yang akan dia dilakukan. Akhirnya saya memutuskan untuk membiarkan masalah tersebut dan mencoba melihat hasil dari pekerjaannya. Waktupun berlalu, seiring kalimat pengingat yang kuucapkan mungkin membuat dirinya khilaf, lantas kucoba untuk menegurnya untuk yang kedua kali dan kalimat tersebut terjadi dan kembali terulang. Saya pikir daripada mencoba menunggunya untuk melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, lebih baik saya yang mencoba menyelesaikannya.
Kasus diatas secara tidak sadar menimbulkan beberapa pertanyaan dalam diri kita. Apa yang salah dari sepenggal kisah diatas? Mungkin kelalaian atau murni kekhilafan? Tentu kita tidak akan pernah mengetahui apa yang ada didalam hati manusia melainkan Allah SWT. Tetapi dengan sangat mudah disadari terdapat kata respon yang diucapkan oleh lawan bicara, yaitu kata “Selow/Woles” atau biasa diartikan dalam bahasa Indonesia yakni santai/tenang. Kata tersebut merupakan kata serapan dari bahasa Inggris yakni “Slow” yang berarti lambat.
Dalam kehidupan sehari-hari, remaja kita di Indonesia memang senang sekali menggunakan kosakata baru dalam melakukan interaksi sosialnya baik kepada teman sejawat, seseorang yang lebih muda maupun yang lebih tua. seperti kata Sepik (Omong Kosong), Bokis (Bohong) dll. pada tulisan kali ini kita tidak akan membahas mengenai banyaknya istilah-istilah bahasa Indonesia yang asing yang seringkali kita dengar dan ucapkan. Tetapi kita akan membahas mengenai penggunaan kata “Selow/Woles” yang seringkali kita kita dengar di lingkungan sosial kita.
Sah-sah saja memang jika kita menggunakan kata tersebut dalam melakukan interaksi dengan  seseorang. Walaupun belum ada penelitian yang membahas menganai efek dari kebiasaan menggunakan kataini, namun saya rasa penggunaan yang terlalu sering terhadap kata tersebut cukup membuat kita menaruh perhatian. Pengucapan kata “Selow/Woles” yang kita lakukan secara terus menerus dapat menjadi peluru ghazwul fikr terhadap diri kita sendiri. Secara psikologi, kata yang sering diucapkan secara terus menerus dapat melekat kedalam longterm memory kita dan dapat mempengaruhi prilaku kita. Setidaknya itulah maksud dari penelitian Johg Barg terhadap pengaruh sebuah kata. Jika itu berlaku terhadap kata yang berkonotasikan positif maka hal itu berlaku juga dengan kata yang berkonotasikan negatif. Secara tidak langsung jika kita mengambil makna penelitian Johg Barg diatas, pengaruh kata “Selow/Woles”, bisa menjadikan cara berfikir dan prilaku kita menjadi santai/tenang. Tapi Hmmm.. apakah benar begitu? Kita telah sama-sama mengetahui dalam Al-Quran Surat Ar’Rad ayat 13 bahwa HANYA dengan mengingat Allahlah kita menjadi tenang. Lantas apa makna lain yang sebenarnya dari kata “Selow/Woles” yang sering diucapkan secara terus menerus?

Mari kita kembali kepada kasus diatas, dengan pengucapan kata tersebut yang dilakukan secara berulang-ulang, maka hasil yang didapat bukanlah sebuah ketenangan melainkan lebih mendekati sebuah kelalaian. Ya, sebuah kelalaian. Mengapa? Karena dengan pengucapan kata “Selow/Woles” yang dipakai secara terus-menerus secara otomatis tubuh dan pikiran kita akan merespon kata tenang yang coba dibuat-buat, sehingga terjadi sebuah penundaan demi penundaan. Jika terus berlanjut maka kondisi yang berlaku selanjutnya adalah sebuah kelalaian. Banyak kisah orang-orang salaf dan sahabat nabi agar berlaku waspada terhadap kelalaian. Seperti kisah prajurit Talut yang meminum air di sebuah sungai melebihi yang diperintahkan sehingga jadilah mereka orang-orang yang lalai atau seperti prajurit yang berjaga di bukit sewaktu perang uhud. Dengan prasangka-prasangka bahwa peperangan telah berakhir dan mendapatkan kenyamanan dan keamanan mengakibatkan mereka lengah dan lalai terhadap apa yang dipertintahkan Nabi Muhammad saw kepada mereka.
Sebagai seorang muslim tentulah kita harus memperhatikan lingkungan sosial yang terjadi, dengan mengenali ciri-ciri yang tidak sesuai dengan manhaj Agama Allah, maka bisa dipastikan secara halus merupakan sebuah serangan ghazwul fikr terhadap kita. Penggunaan kata “Woles/Selow” yang marak terjadi dalam interaksi remaja muslim di Indonesia dan dilakukan secara terus menerus, secara tidak langsung dapat membawa bangsa ini menuju kelalaian dan sikap bersantai-santai dengan kondisi yang terjadi. Hal ini sangatlah berbeda dengan yang seharusnya didapat oleh remaja dan kaum muslim pada doa-doa mereka, terutama saat menghayati surat Al-Fatihah ayat 6-7 yang kita ucapkan dalam shalat. Dimana kita meminta sebuah jalan yang lurus, dimana didalamnya terdapat jalan risalah para nabi yang penuh dengan ujian dan jauh dari kenyamanan. Merekapara Nabi dan orang-orang yang beriman senantiasa memohon jalan yang diberkahi untuk melalui kerasnya kehidupan dan menjual dirinya untuk kehidupan akhirat. Semoga senantiasa mengingatkan kita kepada Allah swt dan dijauhkan dari kelalaian. Aamiin.
Wallahualam bissawab.

0 komentar:

Posting Komentar