PRESS RELEASE
Jumat, 8 Mei 2015
AKSI MAHASISWA DI KEMENDIKBUD
Pendidikan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan di masyarakat. Baik politik, ekonomi, hukum, budaya, sampai adab dan etikapun dapat mencerminkan pendidikan seseorang. bukan saja sekadar gelar tapi ilmu yang terefleksikan dalam kehidupan nyata. Pendidikan jualah yang menjadi cermin sekaligus taraf apakah suatu bangsa/negara sudah mencapai peradaban yang maju atau menjadi yang tertinggal. Bagaimanakah dengan Indonesia?
Masyarakat Indonesia kini dihadapkan oleh permasalahan pelik nan rumit terutama permasalahan pendidikan. Akhir-akhir ini sudah terlihat betapa dekadensi moral, rusaknya akhlak hingga kebobrokan mental menyinggapi penerus bangsa. Dari kasus contek-mencontek dikalangan siswa hingga korup-mengkorup dikalangan penguasa. Menjawab hal tersebut mahasiswa sebagai agen of change dan sosial control sudah seharusnya merespon kekacauan yang dialami bangsa ini. Tepat pada hari pendidikan yang jatuh pada tanggal 2 Mei, mahasiswa gabungan dari berbagai universitas se-JABODETABEK mengadakan aksi turun kejalan untuk mengawal jalannya proses pendidikan di Indonesia. Bertempat di depan kantor Kemendikbud para mahasiswa berkumpul dan menyuarakan suaranya.
Aksi mahasiswa dimulai sejak pukul 13.00 WIB. Pada aksi kali mahasiswa membahas cukup banyak isu hangat terkait pendidikan. Sebelum memulai aksi mahasiswa dicerdaskan bahwa aksi yang akan dilakukan adalah aksi damai yang benar-benar murni menuntut respon dan keterbukaan dari pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. Pembahasan yang pertama mengenai Penghapusan UN, dengan segala permasalahannya dan dampak untuk bangsa. Para mahasiswa berorasi dengan ilmiah menuntut penghapusan Ujian Nasional. Selanjutnya mahasiswa membahas tentang tidak konsistennya pemakaian kurikulum 2013 yang pada pelaksanaannya masih belum sesuai dari harapan. Padahal kurikulum adalah sebuah hal dasar dan pokok dari proses pendidikan di Indonesia. Selain membahas UN dan kurikulum, para mahasiswa juga membahas dan mempertanyakan pendidikan moral yang semakin carut-marut, guru honorer dan liberalisasi pendidikan yang masih menghantui dan dipraktekkan oleh para praktisi pendidikan.
Aksi mahasiswa sempat memanas ketika sampai sore hari aspirasi yang disuarakan belumlah mendapat respon apapun dari pihak kementrian. Namun pada sekitar pukul 17.20 mahasiswa berhasil melakukan negosiasi dan penjemputan pihak kementrian. Berdasarkan pernyataan dari humas kemendikbud bahwa pemerintah khususnya Kementrian Pendidikan siap untuk melakukan audiensi pada akhir Mei 2015. Dengan kejelasan yang sudah diperoleh, diharapkan mampu menciptakan diskusi yang solutif untuk memperbaiki pendidikan Indonesia. Aksi yang terdiri dari mahasiswa UNJ, IPB, SEBI, Esa Unggul, BSI, dan UNPAK berakhir dengan ditutup oleh sumpah Mahasiswa Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar